Nulis

Mbak Ge, ajarin aku nulis jelek dong!

Aku nulisnya masih jelek bahkan sampai sekarang. Karena nulis sempurna itu nggak mungkin. Tapi ya nggak jelek selamanya juga. Kalau muka nggak bisa glow up, paling tidak tulisan kita bisa berangsur-angsur membaik.

Ini ada beberapa tips yang diperoleh dari pengalaman sendiri (sebagian besar belajar dari revisi). Jelas subjektif. Tapi mudah-mudahan bisa membantu, atau paling tidak membanting.

Ini tips menulis secara umum saja. Karena kalau bahas SEO kamu jelas lebih paham. Kalau aku lebih tua. Kalau Rafathar lebih kaya.

1. Kamu nulis untuk siapa?

Istilah kerennya, “mengenali siapa audiens kita”.

Ngomong sama teman satu divisi yang kira-kira sepantaran, jelas berbeda saat kamu ngomong sama bos. Kata-kata yang dipilih juga berbeda. Begitu juga soal nulis. Kalau tahu mau ngomong untuk siapa (pembacanya siapa), kata-kata yang dipilih juga yang lebih cocok.

Ingat kamu nulis bukan buat kamu sendiri. Tapi buat pembaca.

2. Intinya mau ngomong apa?

Tulisan, mau satu paragraf, satu halaman, satu buku, tetap punya pesan utama yang mau disampaikan. Kalau sudah tahu mau ngomong apa, pasti tahu poin-poin apa saja yang harus dimasukin.

“Oh mau minta resign!”

Berarti poin yang perlu disampaikan dalam tulisan ada soal;;

–  Pesan utamanya apa,

–  Alasannya kenapa,

–  Rencananya kapan akan resign,

–  Konklusi atau penutupnya apa.

3. Enaknya apa yang dibahas dulu? Oke poin-poin yang mau ditulis sudah tahu. Masalahnya ini, apa dulu yang dibahas? Kamu bisa nulis pake cara induktif atau deduktif. Dua metode alur ini yang paling sederhana dan mudah dipahami pembaca.

Mudahnya begini. Induktif ini metode nulis yang dimulai dengan membahas hal-hal umum dulu barulah ditutup dengan pesan inti di akhir. Deduktif sebaliknya. Bahas pesan utama dulu, baru dijabarkan hal-hal umumnya. “Oke kalau pakai poin-poin mau resign tadi, jadinya gimana?”

Induktif (umum-khusus)	Deduktif (khusus-umum)
Bahas alasan dulu, kenapa kok resign? “Saya sudah merasa stuck dan tidak bisa berkembang.”	Buka dengan pesan inti “Saya hendak mengajukan resign.””
Bahas rencana kapan resign “Sesuai kontrak saya rencana resign dua bulan dari sekarang.”	Bahas alasan dulu, kenapa kok resign? “Saya sudah merasa stuck dan tidak bisa berkembang.”
Masuk pesan inti “Jadi tolong permohonan resign ini disetujui.”	Bahas rencana kapan resign “Sesuai kontrak saya rencana resign dua bulan dari sekarang.”

4. Bagaimana cara nutupnya?

Penutup tulisan juga dikenal dengan istilah konklusi atau solusi. Bisa dikemas dalam beberapa opsi;

• –  Memberi penekanan ulang tentang pesan inti,
• –  Memberi saran,
• –  Mengarahkan untuk melakukan tindakan tertentu,
• –  Menjawab pertanyaan yang dibahas dalam tulisan. “Kalau soal resign tadi, nutupnya gimana?” Pakai pantun. Sorry, bercanda. Untuk kasus tulisan pengen resign itu bisa;

• –  Penekanan pesan: “Demikian permohonan resign yang saya tulis, dengan tenggat waktu terhitung hari ini sampai dua bulan ke depan.”
• –  Memberi saran: “Terkait rencana resign ini, saya menyarankan untuk melakukan hand over lebih awal.”
• –  Mengarahkan: “Mengingat posisi saya akan kosong, saya hendak merekomendasikan Mr. A untuk dapat mengisi posisi ini.”
• –  Lainnya: “Apabila ada hal lain yang perlu didiskusikan, saya bersedia berdiskusi kapan saja.” 5. Bahasa yang dipakai manusiawi nggak? Orang pikir menulis tulisan formal berarti bahasanya harus tinggi. Menulis untuk audiens pemilik bisnis (B2B) perlu pakai istilah-istilah mentereng. Ini keliru. Menulis, atau metode komunikasi lainnya tujuannya cuma satu. Menyampaikan pesan dengan efektif dan efisien. Intinya orang yang baca kudu paham. Saat menulis, jika ada pilihan kata yang bisa disederhanakan tanpa mengurangi maknanya, maka tidak ada salahnya untuk diganti.

6. Pas dibaca ulang masuk akal apa masuk keluar?

Tulisan kebanyakan berisi gagasan. Nah, ini kadang perkara alur, pilihan kata, bisa bikin tulisan yang dibaca terasa aneh, tidak konsisten, atau tidak masuk akal.

Jadi penting untuk membaca tulisan sendiri lagi dari awal sampai akhir. Jangan ragu untuk menambah informasi, dan membuang bagian yang tidak terlalu penting.

7. Kaidah tulisnya bagaimana?

Kaidah tulis bukan yang utama, tapi masih penting. Tujuannya untuk membiasakan penulis dan pembaca soal pembahasaan yang benar.

“Jadi nggak boleh pakai istilah slang?”

Loh, masih boleh. Tapi dicetak miring. Dari situ pembaca tahu, oh ini bukan kata baku. Tapi masih bisa dipakai dalam tulisan untuk membuat pesan lebih mudah dipahami pembaca.

Udah ya, mas. Segini aja dulu.

Saya yakin sebagian besar mas Rey sudah tahu. Saya ngasih ini supaya merasa lega, sudah ngasih sesuatu paling tidak soal tulis-menulis ini. Walaupun belum tentu kena. Tapi kalau spontan sudah pasti uhuy!

Kalau ada pertanyaan, boleh menyusul. Kalau chat saya balasnya lama, harap maklum. Cuma dua alasannya selain kerja, saya nonton anime atau molor.

Putri Titian, Aura Kasih.
Cukup sekian, dan Terima kasih.